Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

CERPEN: Insiden Bioskop

Jati Febriansyah

Bagikan

CERPEN: Insiden Bioskop

Jati Febriansyah

Bagikan

Chintya Fachrelia, Pembuat Cerpen "Insiden Bioskop"

INSIDEN

KARYA:CHINTYA FACHRELIA

Aku ingin menceritakan kisahku saat aku pertama kali pindah ke jakarta. Saat itu aku berusia tujuh tahun, aku dan keluargaku harus pindah dari Sukabumi ke Jakarta karena pekerjaan ayahku. Orang tuaku asli Sukabumi tetapi karena ini pertama kalinya ayah di tugaskan di Jakarta mau tidak mau kami sekeluarga harus ikut ayah pindah ke . Sedari kecil aku memang tidak pernah berpergian ke luar kota, paling jauh hanya ke sebelah saja saat ada festival pasar malam. Memang yang kami tinggali sat itu termasuk desa terpencil, kami harus pergi ke kampung sebelah yang jaraknya cukup jauh untuk merasakan sedikit hiburan karena hanya disanalah yang ada festival pasar malam dengan banyak wahana yang bisa dinaiki.

Saat mendengar kalau kami akan pindah ke Jakarta aku sungguh senang sekali. Terbayang di pikiranku bagaimana kerennya Ibu Kota. Aku mendengar dari teman-temanku yang pernah pergi ke sana, katanya disana banyak gedung-gedung tinggi dan segalanya ada disana. Sungguh aku sangat gembira sekali, hal yang ingin aku lakukan disana adalah menonton bioskop. Aku sungguh iri saat salah satu temanku bercerita bahwa ia menonton sebuah film layar lebar. Ia bilang bioskop itu adanya di saja, berarti tempat gedung tinggi yang di dalamnya pasti banyak yang jualan. Aku tidak sabar memberi tahu temanku si Rudi bahwa aku akan ke Jakarta besok.

“Hei Rud, kau tau tidak besok aku akan ke Jakarta, aku akan tinggal disana.” Ucapku,

“Oh ya? Memangnya kau kesana ada acara apa?” Tanya Rudi

“Aku akan tinggal di sana ikut ayahku Rud, nanti disana aku akan menonton bioskop loh Rud, seperti yang kamu bilang bulan lalu.” Jawabku

“Wah berarti kamu nanti tinggal disana ya?”

“Iya Rud, ayahku bilang sampai kontrak kerjanya selesai.”

“Kamu memang mau nonton film apa di bioskop nanti?”

“Belum tau nih, aku aja ga tau cara pesan tiketnya gimana,”

“Suruh ibumu saja nanti disana ada jadwal filmnya kok.”

“Lalu setelah itu? Dalam bioskopnya itu bagaimana?”

“Sebelum masuk bioskop kamu harus lepas alas kaki dulu, nanti sepatumu harus di taruh di belakang pintu dalam bioskop.”

“Oh… Begitu ya Rud,”

Aku yang polos itu hanya bisa percaya-percaya saja dengan ucapan Rudi. Bahkan setelah Rudi memberitahuku, aku langsung meminta ibu mengajakku menonton bioskop saat kami tiba di Jakarta nanti. Ibu bilang saat libur disana nanti Ia berjanji akan mengajakku menonton biskop. Aku dan ibu sebenarnya belum pernah sama sekali menoton bioskop. Jadi kami berdua juga antusias dengan kepindahan kami ke Jakarta.

Pertama kali kami menginjakkan kaki di sana adalah terminal dimana kami baru saja turun dari bus, lalu setelah itu aku dan keluarga menaiki angkot menuju kontrakan yang akan kami tinggali nanti. Lokasi tidak jauh dari pasar, aku tidak melihat gedung-gedung tinggi seperti yang aku lihat di televisi. Aku bertanya kepada ayahku mana gedung-gedung pencakar langit yang sering kita lihat di televisi dan koran, Ia bilang nanti aku akan melihatnya karena lokasinya lumayan jauh dari tempat kami tinggal. Di situ aku faham bahwa kami sepertinya tinggal di daerah pinggiran Jakarta.

Seminggu sudah kami tinggal di kota metrpolitan ini. Ini hari minggu aku dan ibu akan pergi menonton bioskop. Aku sudah bersiap untuk pergi tinggal menunggu ibu saja yang masih berdandan ria di depan kaca. Ayahku tidak ikut dia ingin istirahat seharian katanya, jadi kami hanya pergi berdua saja. Setelah ibu selesai bersiap kami pun pergi dengan menaiki angkot dari gang rumah kami. Memang aku akui akses transportasi di sini sangatlah mudah didapatkan. Di dalam angkot kami melewati gedung-gedung tinggi itu. Ternyata seperti inilah pusat kotanya, aku selalu berfikir apa saja isi gedung-gedung itu.

Perjalanan kami hanya setengah jam saja, tidak terlalu lama untuk kami pergi ke Mall. Kami diturunkan di dekat halte pemberhentian, lalu kami segera berjalan masuk ke dalam Mall. Aku dan ibu yang tidak pernah pergi ke Mall sangat takjub dengan didalamnya. Banyak orang berpakaian rapi sedang berbelanja ataupun menikmati hidangan di restoran atau sebuah stand makanan. Kami bergegas menuju ke lantai paling atas dengan eskalator, beruntungnya kami tidak terlalu norak sampai tidak tau cara menaikinya.

Saat sampai di bioskop kami segera membeli tiket yang ingin kami tonton. Kami memilih film kartun mengingat usiaku saat itu masih kecil. Setelah itu kami di suruh menuju studio film karena filmnya sudah mulai lima menit yang lalu. Tetapi saat itu aku teringin sekali membeli popcorn, akhirnya kami menuju stand penjualan makanan bioskop.

Sebelum masuk aku mencoba memberitahu ibu tentang peraturan bioskop. Aku memberitahunya kalau di dalam bioskop kita harus melepas sepatu kami. Akhirnya kami melepaskan sepatu yang kami kenakan. Aku dan ibu menaruh sepatu kami di belakang pintu. Berhubung situasi saat kami masuk sangat gelap dan sudah tidak ada penjaganya dan film yang kami tonton ini ternyata sangat sedikit peminatnya, bahkan bisa dihitung jari. Jadi selama pertunjukan kami tidak mengenakan alas kaki apapun karena ketidak tahuan kami dan kondisi yang sangat gelap.

Setelah film selesai kami segera keluar, sebenarnya kami bingung kenapa penonton yang lain tidak melepaskan alas kakinya. Saat hendak menuju sepatu yang kami taruh tadi, sepatu kami sudah tidak ada. Aku dan ibu segera keluar mencari sepatu kami yang hilang. Kami keluar tanpa memakai alas kaki dan sembari bertanya kepada pengunjung lain, apakah mereka melihat sepatu kami atau tidak. Salah satu dari mereka menyuruh kami melapor ke securitty bioskop.

Akhirnya kami bertanyalah kepada penjaga bioskop. Lalu kami dibawa ke ruang staff, disana ada beberapa karyawan juga. Ternyata sepatu kami diamankan mereka, karena hendak diumumkan siapa pemilik sepatu itu. Salah satu dari staff memberitahu kami bahwa masuk bioskop tidak perlu melepaskan sepatu. Mereka sebenarnya sedikit di tertawakan karena melepas sepatu saat masuk bioskop, pantas saja orang orang memandang kami aneh saat keluar tanpa mengenakan alas kaki. Itu adalah hal paling memalukan bagiku dan ibu. Awas kau Rudi, saat balik ke Sukabumi nanti akan ku kerjai kau balik!

Baca berita RetensiID lainnya di: Google News RETENSI.ID