Ula

5 Startup Besar di Indonesia yang PHK hingga Tutup 2023

JAKARTA, RETENSI.ID Sejumlah startup Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga menutup usahanya sepanjang 2023, akibat kondisi ekonomi global yang berat dan pendanaan yang sulit. Untuk diketahui, Indonesia menempati peringkat keenam negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. Berdasarkan data

5 Startup Besar di Indonesia yang PHK hingga Tutup 2023

JAKARTA, RETENSI.ID Sejumlah Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja () hingga menutup usahanya sepanjang 2023, akibat kondisi ekonomi global yang berat dan pendanaan yang sulit.

Untuk diketahui, Indonesia menempati peringkat keenam negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. Berdasarkan data Startup Ranking Agustus 2023, Indonesia saat ini memiliki 2.507 startup. Namun, di antara sekian banyak startup saat ini, tidak semuanya mampu bertahan dalam jangka panjang.

Beberapa startup pun turut terhenti operasionalnya, yakni bangkrut di berbagai sektor mulai dari properti, akomodasi, hingga perdagangan, salah satunya gulung tikar pada 12 Desember 2023.

Hingga akhir tahun 2023 ini ada beberapa startup yang mengumumkan resmi tutup layanan usahanya. Berikut daftar startup yang tutup di Indonesia:

1. Pegipegi (OTA)

Pegipegi merupakan situs penyedia layanan pemesanan dan pembelian tiket (online travel agent/OTA), mengumumkan telah resmi pamit dari Indonesia pada 11 Desember 2023.

Melansir dari pegipegi.com, pihak perusahaan mengungkapkan kesedihannya karena harus tutup setelah hampir 12 tahun menjadi teman perjalanan masyarakat Indonesia.

“Hampir genap 12 tahun menjadi solusi travel kamu merupakan pengalaman yang tak tergantikan bagi Pegipegi. Namun dengan berat hati, Pegipegi harus pamit,” tulis Pegipegi pada laman resmi.

Pegipegi juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pengunjung serta akomodasi, penerbangan, transportasi darat dan seluruh mitra lainnya.

2. Rumah.com (Properti)
Platform jual beli properti, Rumah.com resmi ditutup layanan per 1 Desember 2023. Keputusan ini diambil oleh perusahaan induknya, PropertyGuru Group, agar semuanya tetap berjalan.

CEO dan Managing Director Property Guru Group, Hari V. Krishnan mengatakan keputusan tersebut tidak mudah. Namun, pihaknya sepakat untuk fokus pada bisnis yang menunjukkan potensi untuk mencapai pertumbuhan yang kuat.

“Bisnis marketplace kami di Indonesia yang beroperasi sebagai Rumah.com, akan berhenti beroperasi pada tanggal 30 November 2023,” kata Hari dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (17/11/2023).

Hari juga mengakui dampak penutupan platform terhadap 61 karyawan Rumah.com. Dia meyakinkan bahwa PropertyGuru akan memberikan dukungan terhadap layanan kesehatan dan membantu mereka bertransisi menuju peluang baru.

3. (Solusi B2B)

Perusahaan rintisan atau StartUp B2B dagang asal Indonesia, Ula, telah resmi menutup operasionalnya setelah beberapa kali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya.

Padahal, beberapa tahun lalu Ula sempat menjadi buah bibir lantaran berhasil menggaet investor kelas kakap, seperti jeff bezos. Ula meraup pendanaan Seri B senilai US$80 juta pada 2021 dari sekelompok investor, salah satunya Bezos Expeditions.

Namun, startup tersebut mulai mengalami kemunduran seiring dengan keputusan efisiensi karyawan. Pada 2022, Ula terpaksa melakukan PHK Massal terhadap 134 karyawannya.

Baru-baru ini, Ula mengumumkan keluar dari bisnis distribusi barang kebutuhan atau FMCG (Fast Moving Consumer Goods) dan kembali melakukan PHK. Dikutip dari laman resmi Ula, Minggu (3/12/2023) Ula kembali membuat keputusan besar yakni dengan beralih dari bisnis distribusi FMCG.

4. (e-commerce)
Startup vertikal e-commerce, JD.ID resmi menutup layanan di Indonesia pada 31 Maret 2023. Sebelumnya, platform tersebut juga pernah mengalami PHK massal pada tahun 2022.

Perlu diketahui, JD.ID merupakan anak perusahaan e-commerce JD.com sebagai salah satu e-commerce terbesar di Asia.

Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara, mengatakan keputusan perseroan menutup layanannya di Indonesia merupakan arahan dari induk perusahaan JD.com, Inc.

Dia menjelaskan langkah ini diambil JD.com untuk berekspansi ke pasar internasional dengan fokus membangun jaringan rantai pasokan lintas batas, dengan logistik dan pergudangan sebagai intinya.

“Dengan berat hati, kami memberitahukan bahwa JD.ID akan menghentikan semua layanan pada 31 Maret 2023,” ujarnya, Senin (30/1/2023).

5. (Coworking)
PT Evi Asia Tenggara, perusahaan operator coworking space dengan merek CoHive, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 18 Januari 2023.

“Per 18 Januari 2023, CoHive telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Indonesia. Untuk pertanyaan tentang ruang kantor/ruang acara, silakan kunjungi pemilik masing-masing secara langsung,” tulis manajemen dalam situs resmi, CoHive, Selasa (7/2/2023).

Sementara itu, dikutip dari Deal Street Asia, manajemen CoHive memberikan keterangan resminya. Alasan CoHive terpaksa menutup operasinya adalah karena pandemi yang berkepanjangan menyebabkan kelebihan pasokan kantor dan berkurangnya suntikan dana tunai yang semakin menipis membuat pihaknya tak bisa lagi bertahan lebih lama.

“Kami telah berjuang untuk kelangsungan hidup perusahaan selama dua tahun terakhir, terlepas dari upaya terbaik kami untuk menemukan solusi atas kesulitan kami, kami tidak dapat tinggal lebih lama,” jelas manajemen.

Startup Ula yang Didanai Jeff Bezos Resmi Tutup Layanan

/

JAKARTA, RETENSI.ID Perusahaan rintisan atau dengan model bisnis B2B asal Indonesia, , telah resmi menutup operasionalnya setelah beberapa kali melakukan pemutusan hubungan kerja () pada karyawannya.

Sebelumnya, Ula menutup sementara operasional pengiriman dan pemesanan per 1 Oktober. “Kami sedang mengevaluasi kualitas jasa untuk persiapan inovasi,” kata Ula melalui Instagram pada September.

Baru-baru ini, Ula mengumumkan keluar dari bisnis distribusi barang kebutuhan atau FMCG (Fast Moving Consumer Goods) dan kembali melakukan PHK. Dikutip dari laman resmi Ula, Minggu (3/12/2023) Ula kembali membuat keputusan besar yakni dengan beralih dari bisnis distribusi FMCG.

“Setelah banyak pertimbangan selama beberapa bulan, kami memutuskan untuk beralih dari bisnis distribusi FMCG yang dipimpin inventaris Ula,” tulis Manajemen Ula.

Langkah tersebut diyakini dapat mendukung transformasi usaha ke skala yang lebih baik dengan tetap memanfaatkan teknologi, memiliki margin tinggi, dan efisiensi modal yang lebih besar.

Ula sempat meraup berkah karena berhasil dikenal di kalangan pengecer, pemasok, dan investor. Namun, kini Ula perlu mengkalibrasi ulang fokus terhadap keberlanjutan ekonomi jangka panjang.

“Skala dan kompleksitas model distribusi berbasis inventaris memerlukan tingkat investasi yang terbukti menantang terutama di tengah lesunya ekonomi digital,” ujar Manajemen Ula.

Kondisi ini pun tak pelak kembali memicu PHK terhadap sebagian besar anggotanya. Kendati demikian, tidak ada jumlah pasti berapa besar karyawan yang dirumahkan. Manajemen Ula memastikan pegawai yang terkena dampak akan diberikan pesangon sesuai ketentuan.