Rekor MURI

Apresiasi Karya Terbaik, Menparekraf Serahkan Penghargaan Rekor MURI Bagi Insan Parekraf

/

JAKARTA, RETENSI.ID – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (/Kabaparekraf) Salahuddin Uno menyerahkan penghargaan Rekor (Museum Rekor Dunia Indonesia) kepada pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) sebagai wujud apresiasi dalam menghadirkan karya-karya terbaik anak bangsa.

Menparekraf Sandiaga, dalam acara Penganugerahan Bidang Parekraf oleh Kemenparekraf RI dan MURI yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta, Selasa (30/5/2023) berharap penghargaan ini dapat bermanfaat bagi para penerima serta dapat menginspirasi lebih banyak insan pariwisata dan ekonomi kreatif di tanah air.

“Selamat kepada Bapak Ibu penerima dan teruslah berkarya. Karena kami yakin, mahakarya pasti akan menemukan jalannya untuk memberikan kemaslahatan bagi masyarakat,” kata Sandiaga.

Pada saat penyerahan penghargaan Rekor MURI tersebut, Menparekraf Sandiaga didampingi oleh Direktur Utama MURI, Aylawati Sarwono dan Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, M. Neil El Himam. Serta disaksikan langsung oleh Jaya Suprana selaku Pendiri MURI.

Menparekraf Sandiaga berbagi pengalamannya ketika melakukan kunjungan kerja ke berbagai destinasi dan sentra ekonomi kreatif. Di mana para penggiat pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki semangat yang begitu besar melahirkan sederet karya hingga beragam kegiatan yang dapat diakui dan diapresiasi oleh MURI.

“Setiap saya ke tempat-tempat destinasi wisata banyak permohonan fasilitasi untuk MURI ini. Oleh karena itu kami akan memberikan fasilitasi agar mereka bisa menjadi bagian dari keluarga besar MURI,” ujar Menparekraf.

Peraih penghargaan Rekor MURI dalam kesempatan itu berjumlah 19 yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari seniman, musisi, pengusaha, hingga politisi.

Tarik Tambang “Kematian” di Makassar Sebabkan 1 Korban Meninggal Dunia

, RETENSI.ID – Sebuah insiden telah terjadi di Makassar, yang memakan 1 korban meninggal dunia pada hari Minggu pagi (18/12/22). Kejadian tersebut adalah kejadian percobaan pemecahan rekor dengan jumlah peserta terbanyak yang diadakan oleh Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) .

Kejadian berawal dari Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) Sulsel yang mengadakan acara tarik tambang dengan peserta lebih dari 5000 orang yang terdiri dari anggota Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin dan warga sekitar dengan tali tambang sepanjang 1.540 Meter.

Tim dibagi menjadi 2, yaitu Tim A dan Tim B yang beranggotakan 2.500 orang di setiap sisi agar tim imbang diantara 2 sisi. Acara Pun dimulai pada hari Minggu (18/12/22) pagi dengan antusias peserta, dimana diketahui bahwa panitia sudah berbicara agar tali jangan ditarik terlebih dahulu sebelum aba-aba dari panitia.

Peserta sudah diminta untuk mengangkat dan memegang tali terlebih dahulu, namun naas, beberapa peserta ada yang mencuri start dan menarik tali tersebut ke satu sisi sehingga menyebabkan tali tersebut renggang dan putus.

Saat tali putus tersebut, peserta mulai terpental dari pegangannya, Namun naas, seorang ibu-ibu terpental ke bahu trotoar dan mengenai kepalanya yang menyebabkan ia meninggal di tempat. Acara pun langsung dihentikan saat insiden tersebut terjadi, dan korban dinyatakan meninggal di tempat saat bantuan sudah sampai disana.

Tari Remo Massal di Surabaya, Pecahkan Rekor MURI!

, RETENSI.ID – Semangat warga Surabaya dapat dirasakan pada Minggu pagi (18/12/22) di beberapa titik di Surabaya. Semangat ini berasal dari mereka yang sedang berkumpul dan melakukan tari . Sebanyak lebih dari 65 ribu warga dan pelajar Surabaya ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Dengan banyaknya peserta yang mengikuti ini, Acara ini memecahkan rekor dengan pencapaian “ oleh Pelajar secara Serentak di Situs Sejarah dan Jembatan Terbanyak”.

Acara ini dipusatkan di Jembatan Suroboyo dan digelar serentak mulai pukul 07.00 WIB. Tidak hanya disana, lokasi tari Remo juga terbagi di sejumlah tempat bersejarah di Surabaya seperti Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jembatan Sawunggaling, Halaman Balai Kota, Alun-Alun Balai Pemuda Surabaya, Taman Bungkul, Taman Apsari, dan Taman 10 November.

Hal ini bertujuan untuk mengenalkan tari Remo ke seluruh dan berharap anak-anak muda jaman sekarang tidak akan lupa sejarah mereka dan tetap melestarikan kebudayaan mereka.