Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Tragedi Halloween Itaewon Tewaskan 156 Orang, Apa yang Salah?

Triya Ayu

Bagikan

Tragedi Halloween Itaewon Tewaskan 156 Orang, Apa yang Salah?

Triya Ayu

Bagikan

Halloween Itaewon
Ratusan ribu orang berkumpul di distrik Itaewon. (@JANELLES_STORY via REUTERS/@JANELLES_STORY)
Jakarta, Retensi.id – 156 orang tewas dalam tragedi mengerikan pada Pesta Halloween di distrik , . Penyebab tragedi masih dalam proses penyelidikan.

Tragedi bermula pada saat jalan yang menanjak semakin dipadati oleh banyak orang. Akibatnya ada orang yang jatuh dan menimpa massa yang berada di bawah.

Kepanikan dan saling injak pun terjadi di antara sekian banyak orang tersebut. Beberapa orang ditarik keluar dari kerumunan oleh petugas. Akan tetapi telah ada puluhan orang terkapar dan jantung berhenti berdetak.

Petugas lalu berusaha keras menarik beberapa orang keluar dari kerumunan. Namun, puluhan orang sudah terkapar dan mengalami henti jantung.

Tragedi ini bukan kali pertama di Korea Selatan terjadi kerumunan dalam jumlah besar. Tahun 2017 saat perayaan festival Halloween terdapat sekitar 200 ribu orang yang hadir. Namun acara berjalan lancar dan tidak ada korban jiwa.

Pada tahun 2002, dalam rangka memberikan semangat kepada tim nasional Korsel yang bertanding di Piala Dunia, jutaan orang membanjiri jalan-jalan dengan mengenakan kaos merah. Tidak terdapat korban jiwa dalam acara tersebut.

Tidak adanya rencana manajemen kerumunan menjadi alasan utama penyebab tragedi tewasnya ratusan orang dalam Pesta Halloween di Korsel. Hal ini disampaikan oleh pakar manajemen keamanan kerumunan yang berbasis di Inggris, Steve Allen.

Allen mengatakan pada Senin (31/10/2022) bahwa dirinya tidak melihat adanya polisi maupun bentuk manajemen kerumunan pada sebuah rekaman.

Ia juga menyebut distrik Itaewon merupakan destinasi populer. Sejak tidak ada lagi aturan sosial distancing pasca Covid-19, Allen meyakini bahwa Halloween ini merupakan acara pertama, sehingga dengan sendirinya meningkatkan risiko kerumunan.

Allen menyampaikan terdapat arus kerumunan dua arah, jalan-jalan yang sempit, volume kerumunan tanpa kontrol adalah faktor yang menonjol.

Pada Sabtu tersebut, 137 personel kepolisian Korea Selatan telah dikerahkan ke Itaewon. Namun tidak ada perkiraan bahwa akan terjadi kerumunan besar.

Allen tetap meyakini bahwa seharusnya beberapa bencana kerumunan bisa diprediksi dan dicegah. Langkah utama mencegah bencana kerumunan menurut Allen yaitu dengan melakukan pemantauan secara efektif dari personel kompeten, memiliki staf khusus manajemen kerumunan, dan berbagi informasi awal dari berbagai metode termasuk media sosial.

Jumlah Personel Keamanan yang Minim

Seorang pengamat bencana di Universitas Seoul, Lee Young Joo mengungkapkan bahwa tidak ada kontrol polisi dalam festival tersebut.

Kerumunan masa tidak dapat diprediksi. Lee menyayangkan pihak berwenang yang mengerahkan minimnya jumlah personel di lokasi tersebut, meskipun menyadari bahwa perayaan halloween ini tanpa masker sejak pandemi COvid-19.

Lee mengungkapkan bahwa dalam kerumunan, individu dapat mengalami tekanan yang tidak terhenti dari semua sisi dan terus meningkat secara bertahap.

Lokasi kerumunan yang sempit juga disoroti tidak layak untuk ratusan ribu jumlah pengunjung. Jalan tersebut memiliki lebar 3,2 meter dengan kemiringan 10 derajat yang nampak buruk bagi orang yang berjalan di area itu.

Efek domino terjadi karena orang-orang yang tersumbat di gang miring. Beberapa orang tersandung orang lain yang berdiri di depannya.

Kepala Polisi Korea Selatan Yoon Hee Keun mengakui pengendalian massa dalam festival Halloween di Itaewon tidak cukup memadai. Kerumunan tidak mampu ditangani meskipun sebelumnya telah menerima banyak laporan darurat terkait akan terjadinya kerumunan tersebut.

Baca berita RetensiID lainnya di: Google News RETENSI.ID