Jakarta, Retensi.id – Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan bahwa secara bersamaan dunia dapat mengalami krisis pada tiga sektor (triple crises). Ancaman resesi ekonomi global dan perang Rusia-Ukraina yang menjadi alasan kekhawatiran SBY.
Melalui akun Twitter resmi @SBYudhoyono pada Selasa (11/10/2022) dituliskan bahwa triple crises ini akan terjadi pada sektor keamanan, ekonomi, dan lingkungan.
1. Krisis Keamanan
Perang Ukraina disebut oleh SBY sebagai salah satu berita buruk di dunia, karena semakin membahayakan bagi keamanan internasional. Hingga saat ini perang tersebut belum ada tanda-tanda berakhir, padahal telah berkecamuk sejak 24 Februari 2022.
Perang yang terus berlanjut dengan penggunaan senjata nuklir bisa menjadi kenyataan jika perang Ukraina itu semakin ‘liar’ dan tidak terkendali.
Pada saat yang sama, kondisi ekonomi di Asia Timur juga memanas. Belum lama ini terjadi kenaikan tensi antara China dan Taiwan setelah Ketua Parlemen AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan.
“Ingat, Perang Dunia II dulu, mandala besarnya ada di Eropa & Asia. Haruskah kita biarkan terjadi lagi?,” ujar SBY.
2. Krisis Ekonomi
Politikus Partai Demokrat sekaligus Pensiunan Jenderal ini juga mengingatkan terkait semakin nyatanya ancaman resesi global. Lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah mewanti-wanti hal tersebut.
Presiden Bank Dunia David Malpass sebelumnya mengatakan bahwa kebijakan moneter bank sentral yang cukup agresif akan menghambat proses pemulihan ekonomi global. Imbasnya, ekonomi dunia diperkirakan melambat menjadi 0,5 persen tahun depan.
IMF juga memperkirakan bahwa ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen pada tahun ini atau turun nyaris separuh dari capaian tahun lalu sebesar 6,1 persen. Sementara tahun depan, diperkirakan hanya 2,9 persen.
IMF dapat memastikan resesi ekonomi akan terjadi pada tahun depan dengan adanya perkiraan tersebut. Kemungkinan terburuk, pertumbuhan ekonomi global jatuh lebih jauh lagi menjadi 2 persen.
3. Krisis Lingkungan
SBY mengkhawatirkan goncangan ekonomi dan keamanan global yang tidak terkendali jika terjadi saat pandemi Covid-19 masih ada, sehingga penyelamatan bumi dari pemanasan global bisa gagal.
Hal tersebut dikarenakan negara-negara di dunia tidak lagi peduli dan menjadikan upaya penyelamatan bumi menjadi prioritas.
Berdasarkan catatan redaksi, tanda-tanda tersebut sudah terlihat saat negara di Eropa kembali melirik sumber energi dari batu bara yaitu saat ada gangguan pasokan gas dari Rusia. Hal itu terpaksa dilakukan agar pasokan listrik tidak terganggu apalagi menjelang musim dingin.
Maka dari itu SBY meminta para pemimpin dunia, termasuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk bertindak secara nyata untuk menyelamatkan dunia.
“‘Inaction is immoral’. Gunakan Forum G-20 di Bali ‘to save our world, to save our planet’. Turunkan ego masing-masing. Negosiasi dan perundingan adalah jawaban,” pungkas SBY.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berkali-kali melontarkan kekhawatiran SBY.
Jokowi mengungkapkan kondisi ekonomi global saat ini dipenuhi dengan ketidakpastian. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global dipangkas dari 3 persen menjadi 2,2 persen.
Pada saat yang sama, konfrontasi geopolitik dan perubahan iklim juga membuat banyak negara terancam apabila tidak berhati-hati.
“Dengan situasi yang ada sekarang ini negara manapun dapat terlempar cepat keluar jalur apabila tidak hati-hati dan tidak waspada baik dalam pengelolaan moneter maupun fiskal,” tutur Jokowi di Investor Daily Summit pagi ini.