Jakarta, Retensi.id – Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dibentuk pemerintah sedang melakukan pengusutan terhadap Tragedi Kanjuruhan. Komnas HAM telah mengungkapkan penemuan awalnya.
Rapat perdana Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) diselenggarakan pada Selasa (4/10/2022) lalu di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta.
Hasil rapat mengungkapkan bahwa TGIPF akan segera bekerja dan mencari akar masalah dari Tragedi Kanjuruhan yang telah merenggut 131 korban jiwa dan ratusan lain menderita luka-luka.
TGIPF juga akan memberikan rekomendasi untuk menghentikan masalah-masalah yang selalu terjadi dalam persepakbolaan nasional.
TGIPF ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Usai gelar rapat perdana, tim mulai turun ke lapangan pada Rabu (5/10/2022).
Hingga hari Minggu (9/10/2022) TGIPF akan melakukan aktivitas lapangannya berdasarkan rencana kerja yang telah disusun. Setelahnya, akan berlanjut pada tahap analisis dan penyusunan laporan.
Semua pihak yang terkait dengan Tragedi Kanjuruhan akan didatangi oleh TGIPF. Hal ini dilakukan untuk menentukan langkah lebih lanjut saat tahap analisis.
TGIPF juga tidak menutup akses informasi yang bisa dijangkau oleh semua pihak, artunya tim ini menerima masukan dari berbagai pihak terkait Tragedi Kanjuruhan secara terbuka.
Terbaru, TGIPF telah bertemu dengan perwakilan berbagai kelompok suporter klub sepak bola Indonesia yang berjumlah sekitar 30 orang di kantor Kemenko Polhukam pada Kamis (6/10/2022) sore WIB. Hal ini untuk memberikan pesan dan masukan supaya tim pencari fakta bisa bekerja secara maksimal.
Komnas HAM Ungkap Temuan Awal
Fakta awal yang ditemukan di lapangan dalam Tragedi Kanjuruhan telah dilaporkan oleh Komnas HAM.
Berdasarkan ungkapan Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam, kerusuhan tidak ditimbulkan karena suporter yang masuk ke lapangan. Hal ini diketahuinya lantaran telah melakukan pengecekan kepada suporter yang turun ke lapagan dan pemain Arema FC.
Anam mendapati bahwa suporter tidak ada niat sama sekali membuat suasana jadi rusuh. Justru suporter yang awalnya turun ke lapangan bermaksud ingin memberikan semangat kepada para pemain yang baru saja menelan kekalahan.
Anam juga justru mempertanyakan dalih aparat keamanan yang menembakkan gas air mata ke tribun penonton.
“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik? Harus kalau tata kelola keamanan baik, tidak akan terjadi peristiwa memilukan seperti ini,” ujar Choirul Anam.
“Jadi ini penting yang untuk meluruskan. Jangan sampai ada lagi yang bilang bahwa tindakan itu gara-gara suporter merangsek ke lapangan dan mengancam pemain, tidak begitu,” tutur dia menegaskan.