Jakarta, Retensi.id – Gadis asal Palembang yang viral di Tiktok diketahui mengidap sindrom tourette, sulit mengendalikan tubuhnya dan penyebabnya belum diketahui secara pasti oleh dokter.
Sindrom tourette merupakan gangguan yang mempengaruhi otak dan saraf sehingga pasien melakukan gerakan atau ucapan secara berulang tanpa kendali.
Akun Tiktok @belva.faristha sebelumnya mengungkapkan bahwa dirinya memiliki riwayat kecemasan. Saat anxiety kambuh, maka kemudian ia merasakan ada gerakan-gerakan kecil dari beberapa tubuhnya (di area mulut) yang tidak bisa dikontrol.
Gadis 16 tahun bernama Belva tersebut merasakan gerakan kecil tersebut semakin intens dan sempat mengalami gangguan pernapasan selama 2 hari.
Setelahnya ia juga merasakan pergerakan di kepala dan muncul tics verbal yang tidak dapat dikontrol. Kemudian ia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter dan hasilnya ia disebut menderita sindrom tourette.
Ia harus menjalani terapi dan belum diketahui pasti apa penyebabnya.
Belva mengatakan bahwa dokter yang menanganinya menjelaskan ada kemungkinan penyebab dari faktor genetik, riwayat anxiety, atau bawaan lahir.
Namun, dapat kambuh juga apabila sedang kelelahan atau sedang di tempat yang ramai, serta akan berlangsung selama berhari-hari dengan intensitas yang berbeda-beda.
Penjelasan Sindrom Tourette
Sindrom Tourette merupakan kondisi yang berkaitan dengan sistem saraf. Sindrom ini menyebabkan para pengidapnya mengalami gejala tics berupa gerakan atau suara berulang yang tidak dapat dikendalikan.
Belum diketahui secara pasti penyebab munculnya sindrom tourette. Namun sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa sindrom tersebut merupakan kondisi genetik yang berasal dari orang tua dan diturunkan ke anak.
Namun British Medical Journal mengungkapkan bahwa media sosial disebut dapat memicu sindrom tourette tiktok.
Sebelum timbul gejala, beberapa gadis remaja telah melaporkan peningkatan konsumsi video tersebut, sementara yang lain juga telah memposting video dan informasi tentang gerakan dan suara mereka di situs media sosial.
Para dokter yang dikutip dari Wired mengungkapkan bahwa mengkonsumsi video influencer yang tinggi di media sosial maupun situs web dikhawatirkan akan memunculkan gejala.
Suzanne Dobson dari Tourettes Action, sebuah badan amal Inggris mempertanyakan apakah umpan balik langsung dari media sosial benar-benar memunculkan tics baru, atau hanya mendorong orang untuk lebih terbuka tentang yang sudah ada, sehingga mereka berusaha untuk menguranginya.