Jakarta, Retensi.id – Pemerintahan Presiden Vladimir Putin di Rusia “mulai berakhir” di tengah invasi Kremlin ke Ukraina. Hal itu merupakan hasil analisis Iver Neumann seorang pakar studi politik Rusia.
Berakhirnya pemerintahan Presiden Vladimir Putin dinilai oleh Neumann bahwa tidak lepas dari lantaran dampak invasi Rusia ke Ukraina.
Terpaan berbagai macam sanksi ekonomi hingga ekonomi Kremlin jatuh merupakan akibat invasi Rusia.
Dampak negatih bagi perekonomian Rusia juga timbul akibat banyaknya perusahaan yang menarik diri dan menolak penerimaan ekspor dari negara tersebut.
Neumann mengungkapkan, Putin mengatakan bahwa ‘Barat bakal mendapatkan ekonomi mereka dan kita [Rusia] memiliki tekad, dan dengan tekad itu kita bisa bertahan’. Namun Neumann menganggap dunia bekerja tidak seperti itu, dan berpikir rezim Putin akan berakhir.
Sejak jabatan Putin pada 22 tahun lalu, “seorang Marxis terlatih seperti Putin tidak menyadari bahwa faktor material adalah esensinya” ungkap Neumann.
Perihal kapan rezim tersebut akan hancur dan kejadian setelah kehancuran masih sulit diprediksi.
“Rezimnya telah melakukan pekerjaan yang teliti untuk mengusir pemikiran dan pekerja liberal yang terorganisasi di Rusia. Buruk untuk negara, baik untuk rezim Putin,” tutur Neumann.
Sejak Februari lalu, Putin meluncurkan invasi ke Ukraina. Rusia mengubah strategi dan berfokus pada ‘pembebasan’ wilayah Donbas usai gagal menguasai Kyiv, Ibu Kota Ukraina.
Terpaan berbagai macam sanksi sosial diterima Rusia di tengah invasi tersebut. Terdapat pembekuan setengah dari simpanan Bank Sentral Rusia, serta pemutusan sistem pembayaran internasional SWIFT Rusia.
1.000 perusahaan Barat juga pergi dari Rusia. Ekspor teknologi, teknisi penerbangan, elektronik, dan barang-barang mewah dari Uni Eropa, tidak bisa didapatkan Rusia.