Jakarta, Retensi.id – Digitalisasi menggerus 52 persen perusahaan besar hingga mengalami kebangkrutan. Hal tersebut dicatat oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.
Ketua Umum KADIN Indonesia yang sekaligus Chairman B20 Indonesia, Arsjad Rasjid mengungkapkan bahwa gerusan digitalisasi juga berdampak pada tulang punggung ekonomi negara yaitu UMKM.
Lebih dari Rp8,5 triliun atau 61 persen UMKM berkontribusi untuk pendapatan negara dan menyediakan peluang lapangan kerja bagi angkatan kerja sejumlah 97%.
Hampir 80 hingga 90 persen UMKM lumpuh saat PPKM pandemi Covid-19. Namun bagi UMKM yang mampu menyesuaikan diri dan mengadopsi perdagangan secara digital menjadi peluang tersendiri.
Terdapat 20 persen UMKM Indonesia yang mampu mengatasi dampak pandemi dengan mentransformasikan bisnis serta pemasarannya ke digital.
Hal tersebut memberikan arti bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, dapat dicapai melalui digitalisasi. Harapannya, di tahun 2025 bisa mencapai USD 150 miliar serta tahun 2030 bisa menambah 20 juta pekerjaan bersih.
Tantangan infrastruktur digital harus diatasi untuk mewujudkan tujuan tersebut. Secara geografis, infrastruktur digital belum merata dan masih berpusat di perkotaan besar.
Kurangnya keterampilan digital juga menjadi tantangan kedua dalam upaya mewujudkan tujuan. Di sektor teknologi digital, Indonesia kekurangan 9 juta pekerja terampilnya.
Inisiatif pemberdayaan, pendidikan, dan percepatan literasi digital bagi bisnis dan UMKM telah diluncurkan oleh KADIN Indonesia.
Dalam upaya menerapkan keterampilan digital yang relevan dengan industri masa depan, WikiWirausaha dan Gugus Tugas Kejuruan merupakan platform yang membantu pemerintah mengubah kurikulum pendidikan kejuruan nasional.
Dalam pembangunan infrastruktur dan konektivitas di Indonesia, Arsjad mengajak komunitas bisnis untuk mengambil bagian berinvestasi. Agar lebih digital dan menyediakan magang di industri, dukungan dan masukan dapat diberikan terhadap revitalisasi program kejuruan nasional.