Retensi.id – Shireen Abu Aqla, Jurnalis Al Jazeera, disimpulkan Investigasi Palestina bahwa ia mati tertembak secara sengaja oleh tentara Israel saat meliput pertempuran Israel-Palestina.
Jaksa Agung Palestina, Akram al-Khatib, menyampaikan bahwa hal tersebut merupakan penembakan satu-satunya yang dilakukan oleh pasukan pendudukan untuk tujuan membunuh.
Abu Aqla telah melakukan peliputan konflik Israel-Palestina selama dua dekade untuk saluran berita Arab Al Jazeera. Ia merupakan sosok berpengalaman dan dikagumi di kawasan tersebut.
Pada 11 Mei saat sedang meliput operasi militer Israel di Jenin, wilayah Tepi Barat kekuasaan Israel, jurnalis Palestina-Amerika itu ditembak mati. Hal ini menjadikan pemuncakan kemarahan publik.
Abu Aqla ditembak di sebuah jalan dekat lokasi pertempuran, dengan mengenakan helm dan rompi pelindung bertuliskan “Pers”. Sedangkan Produsernya, Ali Samoudi, ditembak di bagian punggung, namun ia selamat.
Berdasarkan hasil penyelidikan Palestina, saat Abu Aqla mencoba menyelamatkan diri, kepalanya ditembak secara langsung oleh tentara Israel.
Bekas tembakan tersebut nampak fokus di sebuah pohon dekat lokasi penembakan. Khatib menyatakan bahwa hal tersebut bahwa tubuh bagian atas menjadi target penembakan untuk tujuan membunuh.
Para saksi menyatakan bahwa penembakan mematikan dilepaskan oleh pasukan Israel. Namun Israel menyangkal dan menyebut sebagai “kebohongan terang-terangan’.
Justru Pasukan Israel mengadakan penyelidikan sendiri dan menyatakan bahwa militan-militan Palestina yang mungkin membunuh Abu Aqla.
Israel mengungkapkan belum memungkinkannya ditetapkan pelaku penembakan, karena Palestina menolak pemeriksaan peluru yang menyebabkan Abu Aqla tewas.
Identifikasi senjata tentara yang kemungkinan melepaskan tembakan telah dilakukan oleh Israel. Namun jika tidak menganalisa peluru, maka kesimpulan belum dapat diambil.
Jaksa Agung Palestina menyampaikan dalam Konferensi Pers yang digelar di Kota Ramallah di Tepi Barat, bahwa terdapat peluru berdiameter 5,56 milimeter di tubuh Abu Aqla. Peluru tersebut memiliki komponen baja seperti yang digunakan oleh pasukan NATO.
Foto peluru tersebut tidak akan dipublikasikan oleh Pemerintah Palestina dan tidak akan diserahkan kepada Israel. Sebelumnya para penyelidik Israel tidak dipercayai oleh Palestina.
Temuan Palestina kembali ditampik oleh Benny Gantz Menteri Pertahanan Israel.
Militer Israel menyampaikan bahwa penembakan mematikan itu dapat berasal dari “tembakan masif militan Palestina” atau mungkin dari “beberapa peluru” yang ditembakkan oleh seorang tentara “ke arah seorang teroris yang menembaki kendaraannya”.
Menyusul gelombang serangan mematikan oleh Palestina terhadap Israel, maka tujuan pasukan Militer Israel ke Jenin adalah untuk menangkap “tersangka teroris”.
Kasus ini telah dirujuk ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang memiliki kekuatan untuk melakukan penyelidikan dan penuntutan terhadap tersangka penjahat perang yang dapat diadili di pengadilan masing-masing negara. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Palestina. Walaupun wewenang tidak diakui oleh Israel.