Retensi.id – Marugame Udon, gagal memenuhi standar keamanan pangan global sebagai restoran udon dan tempura Jepang halal pertama di Indonesia.
Marugame Udon, Japanese Noodles & Tempura, salah satu anak perusahaan dari TORIDOLL Holdings Corporation yang menaungi berbagai merek restoran di Jepang dan seluruh dunia.
Terdapat lebih dari 80 cabang yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Sedangkan di seluruh penjuru dunia ada lebih dari 1100 cabang, seperti di Los Angeles, Hawai, Moscow, Sydney, Seoul, Hong Kong, dan kota-kota besar lainnya.
Salah satu sistem terkejam yang dipraktikkan pada industri peternakan ayam petelur adalah sistem kandang baterai. Dengan luas pijakan hanya seukuran kertas A4, 2-4 ayam dimasukkan dalam kerangkeng berkawat besi hingga bertumpukan dan hidup berdesakan.
Kondisi itu menyebabkan kelainan bentuk ayam, bagian tubuh tersangkut di jeruji kerangkeng hingga retak atau patah tulang, bulu banyak yang rontok, serta tidak bisa bergerak atau mengepakkan sayapnya.
Sebagai menu sajian Marugame Udon, ayam-ayam betina diambil telurnya. Ayam seringkali tewas di dalam kurungan akibat tidak bisa lagi menahan penderitaan dan siksaan demi konsumsi manusia. Sehingga jutaan ayam petelur terjebak di antara kotoran dan tubuh yang telah membusuk. Hal tersebut berarti ayam menderita seumur hidup di lingkungan yang beracun.
European Food Safety Authority melakukan studi komprehensif terkait keamanan pangan, membandingkan kontaminasi salmonella pada kandang baterai dan bebas kandang baterai. Hasil studi menunjukkan bahwa kontaminasi salmonella pada sistem kandang baterai lebih tinggi dibandingkan pada sistem bebas kandang baterai.
TORIDOLL mengungkapkan bahwa dengan standar etika tinggi dan aktivitas bisnis tulus, akan mempertimbangkan dari perspektif global dan mempromosikan praktik yang berakar di masyarakat.
Namun faktanya TORIDOLL gagal memenuhi standar baru keamanan pangan global dalam pasokan telurnya.