Jakarta, Retensi.id – Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak jenis Pertalite dan Solar bersubsidi, serta Liquefied Petroleum Gas (LPG) subsidi 3 kg, kembali digaungkan oleh pemerintah.
Rencana kenaikan tersebut diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite,minyak Solar, serta LPG 3 kg dalam jangka menengah. Hal tersebut sebagai respons atas lonjakan harga minyak dunia. Juga dilakukan percepatan pengganti bahan bakar seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya.
Harga bensin Pertalite dan Solar subsidi pada periode 1 April 2022, masing-masing yaitu Rp 7.650 per liter dan Rp 5.150 per liter. Harga tersebut tidak mengalami perubahan. Sementara harga Pertamax (RON 92), dari sebelumnya Rp 9.000 – Rp 9.400 per liter, sudah dinaikkan menjadi Rp 12.500 – Rp 13.000 per liter.
Sedangkan harga Solar non subsidi sudah dibanderol sebesar Rp 12.950 – Rp 13.550 per liter untuk jenis Dexlite (CN 51). Artinya, ada selisih setidaknya Rp 7.800 per liter dengan harga Solar bersubsidi.
Arifin mengatakan, serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 berdampak pada lonjakan harga minyak mentah dunia. Kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) juga terkena imbasnya.
Pada Maret, ICP mencapai US$ 98,4 per barel. APBN hanya mengasumsikan sebesar US$ 63 per barel, sedangkan ICP tersebut jauh di atasnya.
Asumsi awal pemerintah terkait harga LPG internasional hanya di kisaran US$ 569 per metrik ton. Nyatanya, telah mencapai US$ 839,6 per metrik ton jika merujuk pada Contract Price (CP) Aramco.
Arifin menuturkan, akan dilakukan peningkatan pengawasan pendistribusian LPG 3 kg tepat sasaran dalam jangka pendek untuk menjaga ketersediaan LPG dan mengurangi impor. Juga dilakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah dan aparat penegak hukum, uji coba penjualan dengan aplikasi MyPertamina di 34 kabupaten/kota do 2022, serta menyesuaikan formula LPG 3 kg.
Pemerintah akan melakukan substitusi kompor LPG dengan kompor induksi (listrik), jaringan gas kota (jargas) untuk jangka menengah. Skema subsidi yang kini berbasis pada komoditas juga diubah menjadi subsidi langsung ke penerima. Serta untuk mengurangi 1 juta metrik ton LPG pada 2027, disubstitusi dengan Dimethyl Ether (DME).
Menteri ESDM itu juga menyebutkan bahwa dari kuota 8 juta metrik ton, sudah terserap 1,87 juta metrik ton LPG subsidi. Namun belum ada rencana untuk menambah kuota LPG 3 kg dalam sejauh ini.