Jakarta, Retensi.id – Masih banyak pemudik pulang kampung dengan mengendarai sepeda motor. Sebenarnya, dilihat dari faktor keamanan, perjalanan jarak jauh apalagi mudik tidak disarankan menggunakan sepeda motor.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa berdasarkan survei, akan ada sekitar 17 juta pemudik yang menggunakan sepeda motor. Salah satu dari berbagai alasan mengapa pemudik tetap nekad mengendarai sepeda motor, adalah karena alasan ekonomis dan fleksibel.
Praktisi keselamatan berkendara yang juga Founder dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan, harus memahami konsekuensi-konsekuensi negatif jika terpaksa mudik naik sepeda motor.
Jusri menyampaikan bahwa proteksi sepeda motor tidak seperti mobil. Proteksi bodi, pintu, bumper, hingga seatbelt ditemukan di mobil.
Jusri juga menyarankan bahwa tidak perlu mengajak anak dan istri kalau terpaksa mudik dengan menggunakan sepeda motor. Anak dan istri dibiarkan mudik menggunakan bus atau kereta.
Tidak diperkenankan pula melakukan perjalanan di malam hari. Perjalanan setelah salat subuh lebih disarankan. Setiap perjalanan 2 jam harus istirahat untuk menjaga kebugaran.
Kemudian berhenti di mushola sekitar 1 jam atau 45 menit menjelang salat-salat wajib, serta menggunakan waktu tersebut untuk istirahat. Kalau belum masuk salat fardhu, bisa dilakukan salat sunah. Artinya, perjalanan mudik bisa memanfaatkan waktu untuk istirahat dan menjalankan ibadah.
Menggunakan perangkat keselamatan yang lengkap harus dipastikan. Helm full face lebih ideal dibandingkan helm open face. Sarung tangan dan jaket berbahan denim minimal harus digunakan.
Bisa mengatur kecepatan yang disesuaikan dengan kondisi. Kecepatan diturunkan kalau kondisi jalanan ramai. Batas kecepatan maksimal jangan dilewati, karena setiap kenaikan kecepatan memberikan energi yang masif ketika terjadi benturan atau kecelakaan.